Serangan Pasukan Salibis Perancis Yang Terkutuk Dan Masa Depan Imarah Islam Azawad
Kamis,
10 Januari 2013, Gao. Salah satu kota penting yang berada di bawah
wilayah kekuasaan Imarah Islam Azawad ini dibombardir oleh pasukan kafir
salibis Perancis yang bermaksud menguasai kembali dan merebut kota
Konna. Dengan menggunakan pesawat-pesawat tempur, pasukan kafir Perancis
ini secara biadab menghujani kaum Muslimin dan Mujahidin di Imarah
Islam Azawad tersebut.
Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius sesumbar mengatakan pergerakan milisi di Mali telah dihentikan.
“Menghentikan teroris, hal itu sudah
dilakukan,” kata Fabius pada radio RTL. Jika Perancis tidak
mengintervensi, ada risiko bahwa milisi dapat memperluas operasi mereka
hingga ke ibukota Mali, Bamako.
Kebohongan Menlu Perancis dan media
kafir yang menyebarluaskannya tersebut langsung dibantah oleh komandan
Mujahidin. Melalui Sahara Media, sumber informasi terpercaya Mujahidin
Imarah Islam Azawad dilaporkan bahwa Mujahidin dari Gerakan untuk Tauhid
dan Jihad di Afrika Barat (MUJWA) mengirimkan bala bantuan untuk
bergabung dengan Mujahidin dari Imarah Islam Azawad, bertempur di garis
depan. Dalam pertempuran tersebut, Mujahidin bahkan berhasil menembak
jatuh sebuah helikopter Perancis dan menewaskan setidaknya satu pilot
musuh.
Tidak hanya menyerang Imarah Islam
Azawad. Dua hari kemudian, yakni Sabtu, 12 Januari 2013, pukul 02.00
pagi, Perancis melancarkan sebuah operasi rahasia, pembebasan sandera,
ke Somalia. Lima helikopter Perancis dikerahkan dalam misi rahasia
tersebut, menyerang kota Bulo Marer, sekitar 30 km selatan Marka,
wilayah Imarah Islam Somalia, Lower Shabeelle.
Serangan terkutuk dari Pasukan khusus
Perancis yang ingin membebaskan agen intelijennya, Dennis Allex
lagi-lagi gagal dan membuat Perancis kehilangan muka dan mengakibatkan
tewasnya beberapa pasukan khusus Perancis, dan melukai yang lainnya.
Bahkan komandan pasukan dalam operasi tersebut tewas mengenaskan
meninggalkan banyak harta rampasan
perang (ghanimah) serta berbagai informasi penting. Ironisnya lagi,
Dennis Allex, akhirnya dieksekusi oleh Mujahidin Al Shabaab akibat
dikhianati oleh tuannya sendiri, Perancis.
Perancis Tidak Rela Imarah Islam Azawad Eksis Dan Memperluas Wilayahnya
Awalnya adalah deklarasi Imarah Islam
Azawad. Azawad, sebuah wilayah di utara negara Mali tersebut seketika
menjadi negara Islam, dengan sebutan Imarah Islam Azawad pada hari
Jum’at, 6 April 2012 lalu.
Lahirnya Imarah Islam Azawad,
alhamdulillah, hasil perjuangan Mujahidin Anshoruddin yang berkolaborasi
dengan pejuang Gerakan Nasionalis Suku Tuareg Pro Kemerdekaan, atau
yang lebih dikenal dengan nama MNLA.
Pasca deklarasi, Imarah Islam Azawad
terus mengalami perkembangan, termasuk mulai menerapkan syariat Islam di
Timbuktu, salah satu kota penting di Azawad, kemudian di kota Gao, dan
terus meluas. Tentu saja, perkembangan menggembirakan Imarah Islam
Azawad ini mengkhawatirkan musuh-musuh Islam, dari kalangan salibis,
terutama Perancis, sang penjajah kolonial yang merasa memiliki Mali.
Awalnya, Perancis tidak berani secara
langsung masuk ke Mali dan menghancurkan Imarah Islam Azawad, melainkan
menggunakan pemerintahan boneka untuk berhadapan dengan Mujahidin dari
Imarah Islam Azawad.
Melalui Menteri Luar Negerinya ketika
itu, Alain Juppe, Perancis jauh-jauh hari sudah menegaskan bahwa
Perancis tidak akan menggunakan kekuatan militer untuk menyelesaikan
kemerdekaan Azawad.
“Tidak akan ada penyelesaian ketentaraan
untuk Tuareg. Penyelesaian politiklah yang kita butuhkan,” demikian
kata Juppe. Hal ini karena selain takut, biaya dan kesulitan untuk
bertempur di Gurun Sahara, menjadi alasan pertama mengapa tidak ada
ekspedisi militer di Azawad.
Salibis Perancis justru menyeru sekutu
bonekanya, antek-anteknya yang penurut, seperti pemerintahan boneka
Aljazair, Mauritania, dan sekutunya di Mali di kelompok kawasan ECOWAS,
untuk berunding, atau membantu memberikan dukungan logistik kepada
pasukan kawasan, utamanya untuk menghentikan Mujahidin dalam menyebarkan
pengaruhnya di kawasan Afrika dan negara-negara Magribi.
Namun, karena usaha ini gagal, dan
pengaruh Imarah Islam Azawad semakin meluas, bahkan dikabarkan sudah
hampir mencapai ibukota Mali, Bamako, maka Perancis pun menjilat
ludahnya sendiri, menggempur Imarah Islam Azawad.
Nafsu Perancis untuk menyerang dan
menggempur Imarah Islam Azawad semakin menggelora sebagaimana
ditunjukkan oleh Menteri Pertahanan Perancis, Jean-Yves Le Drian.
“Perancis akan melakukan apapun untuk
memerangi kelompok-kelompok jihad yang telah melancarkan serangan dalam
beberapa hari terakhir ini”, kata Le Drian. Perancis telah mangadakan
kontak dengan menteri pertahanan Amerika Leon Panetta, katanya.
Sebagaimana diberitakan oleh Sahara Media, Komandan mujahidin Anshoruddin
menegaskan pemboman intens yang dilakukan oleh penjajah Perancis terhadap kota Konna.
Setidaknya satu orang Muslimah
dilaporkan syahid setelah pasukan penjajah Perancis membombardir kota,
dan tercatat telah terjadi gelombang eksodus massal dari warga setempat,
tetapi Alhamdulillah penduduk setempat sepenuhnya mendukung Mujahidin.
Komandan Mujahidin Anshoruddin
mengatakan bahwa penjajah dan antek-anteknya juga membom masjid kota.
Tidak ada korban yang dilaporkan di antara Mujahidin.
Karena agresi terbuka oleh pasukan
penjajah Perancis melawan Mujahidin, Al Qaeda Wilayah Islam Maghribi
atau yang lebih dikenal dengan singkatan AQIM mengeluarkan peringatan,
ditujukan kepada Hollande,
di
mana Mujahidin telah menyatakan dengan jelas bahwa invasi Perancis
terang-terangan dan mencolok akan sangat merugikan dan harus dibayar
mahal oleh Paris.
Abdullah al-Shankiti hafidzahullah,
salah satu pejabat AQIM, mengatakan bahwa intervensi tentara salib Barat
bertujuan untuk menghentikan pelaksanaan Hukum Syariah di Mali (yang
dilaksanakan oleh Imarah Islam Azawad).
Beliau mengingatkan Paris bahwa warga
Perancis sekarang sedang ditahan oleh Mujahidin, dan berjanji bahwa jika
Perancis terus melanjutkan agresi mereka, Perancis akan membayar harga
yang sangat mahal.
Sementara itu, komandan penjajah
Perancis, Laksamana Edouard Guillaud mengklaim bahwa Perancis hanya
ingin menghentikan kemajuan Mujahidin, dan tidak ada rencana untuk
menyerang bagian utara Mali (Baca : Imarah Islam Azawad).
Seorang analis, Rudy Atallah, yang
memiliki pengalaman yang luas di wilayah tersebut dan menjabat sebagai
direktur kontra terorisme Afrika di kementerian luar negeri Amerika,
menyakini bahwa jika Mujahidin bisa mempertahankan posisi mereka,
mengalahkan penjajah Perancis dan Afrika dan membebaskan kota strategis
penting Sevare dengan pangkalan militer utama (satu-satunya bandara di
pusat Mali) dari tangan tentara boneka, maka menaklukan Azawad bagi
penjajah hampir mustahil.
Perang Ini Adalah Jihad Melawan Tentara Salib
Juru bicara Mujahidin Anshuruddin, Syekh
Sanda Ould Bouamama-hafidzahullah-mengatakan bahwa perang ini adalah
jihad melawan tentara salib. Jika mereka meminta bantuan dari Perancis,
maka kami meminta bantuan dan bimbingan Allah dan dari umat Islam
lainnya di wilayah ini.
Alhamdulillah, faktanya Mujahidin dari
Tauhid wal Jihad langsung menjawab kewajiban untuk membantu
saudara-saudaranya berjihad mengusir penjajah Perancis dari Imarah Islam
Azawad.
Meskipun media-media kafir, seperti
Reuters terus menebarkan kebohongan dengan mengabarkan kota Konna telah
jatuh, hal tersebut justru dibantah oleh para pejabat pemerintahan
boneka Mali dengan mengatakan yang sebaliknya, yakni kota tersebut masih
di bawah kendali koalisi Islam.
“Ini terlalu dini untuk berbicara
tentang pemulihan penuh kontrol atas kota yang kita belum
mengendalikannya”, kata seorang kolonel boneka, Diarran Kone.
Seperti dilansir AP, juru bicara
Mujahidin Anshoruddin, Syekh Sanda Ould Bouamama-hafidzahullah-
mengatakan ia tidak memiliki informasi mengenai situasi di Konna karena
kurangnya koneksi:
“Saya tidak dapat memberitahu Anda jika
Mujahidin kami masih di kota Konna atau tidak, karena sejak kemarin
sore, saya tidak melakukan kontak dengan mereka”, kata Syekh Ould
Bouamama Sabtu .
“Dioncounda Traore meminta bantuan dari
Perancis, maka kami meminta bantuan dan bimbingan kepada Allah dan dari
umat Islam lainnya di wilayah ini, karena perang ini adalah jihad
melawan tentara salib”, demikian ujar beliau melalui telepon dari
Timbuktu.
Dan pertolongan Allah kepada Mujahidin
memang luar biasa. Mujahidin,atas idzin Allah, berhasil menjatuhkan
sebuah pesawat helikopter Perancis dan menewaskan pilotnya. Allahu
Akbar!
Syekh Sanda, juru bicara Anshoruddin juga mengatakan kepada Reuters bahwa warga Perancis juga akan menjadi target.
“Ada konsekuensi, tidak hanya untuk
sandera Perancis, tetapi juga untuk semua warga negara Perancis, di mana
pun mereka ditemukan di negeri kaum Muslimin,” kata Syekh Sanda Ould
Boumama. “Para sandera sedang menghadapi kematian.”
Kejadian ini melengkapi kekalahan
pasukan Perancis tidak hanya di Mali, tetapi juga di Somalia. Pada hari
yang sama pasukan Perancis gagal dalam sebuah operasi penyelamatan Denis
Allex, seorang agen intelijen Perancis yang ditahan oleh mujahidin Al
Shabaab.
Dalam pertempuran tersebut, Mujahidin Al
Shabaab berhasil memukul mundur pasukan Perancis yang mengakibatkan
satu orang, yakni komandan pasukan khusus Perancis yang diterjunkan
untuk memimpin operasi tewas secara mengenaskan. Allahu Akbar!
Ketakutan Perancis juga ditunjukkan oleh
pimpinan tertingginya, presiden Hollande, yang segera memerintahkan
ditingkatkannya penjagaan sekitar bangunan publik dan alat trasportasi
di negara itu.
Sistem waspada anti teror Perancis yang
disebut dengan nama “Vigipirate” langsung diaktifkan setelah perintah
ini, dengan tekanan pengamanan pada bangunan publik serta jalur
transportasi terutama pesawat dan kereta api. Status siaga akan tetap
merah, level kedua tertinggi dalam upaya mencegah atau menghadapi aksi
terorisme.
Pernyataan ketakutan yang sangat dari
presiden Perancis, Hollande itu muncul hanya berselang beberapa jam
setelah juru bicara Mujahidin Anshoruddin, Syekh Sanda Ould Boumama
mengatakan kepada Reuters bahwa seluruh warga Perancis di seluruh negeri
kaum Muslimin akan menanggung konsekuensi atas serangan brutal
tersebut. Allahu Akbar!
Perancis Bagian Dari Koalisi Salibis Internasional Untuk Menggempur Imarah Islam Azawad
Tidak bisa disangkal lagi, serangan
terkutuk Perancis ke Mali, khususnya ke Imarah Islam Azawad, dan juga ke
Somalia, merupakan agenda khusus dari Koalisi Salibis Internasional
pimpinan AS.
Syekh Hazim Al-Madani dalam bukunya
“Hakadza Naral Jihad Wa Nuriduhu” memasukkan Perancis di rangking satu
prioritas musuh-musuh Islam. Selain itu, Perancis masuk dalam kategori
persekutuan atau koalisi Salibis-Yahudi yang memerangi Islam dan kaum
Muslimin tiada henti, hingga hari ini.
Dalam buku Fakta-Fakta Sewindu Perang
Salib Baru dijelaskan bagaimana perang dan kiprah negara kafir harbi
Perancis dalam memusnahkan Islam dan kaum Muslimin di negeri Maghribi
Islami (Aljazair) yang menjadi anteknya.
Melalui pemerintahan bonek Aljazair,
Perancis melakukan kristenisasi yang membuat generasi miskin Maghribi
memeluk aqidah trinitas dan mengatakan bahwa Allah adalah Al Masih Ibnul
Maryam. La haula wa laa quwwata illa billah.
Sedari dulu hingga kini, Perancis
memiliki dendam dan permusuhan terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Perancis, sebagaimana negara-negara barat kristen tidak rela sedikit pun
akan kemajuan Islam dan kaum Muslimin, terlebih lagi jika mereka mampu
dan berhasil menerapkan syariat Islam secara sempurna. Untuk itu, mereka
atau Perancis selalu membuat kebijakan yang menentang Islam dan kaum
Muslimin, serta syariatNya.
Perancis melarang kaum Muslimin di
negeri tersebut mengenakan cadar atau burqa. Mereka juga melarang kaum
Muslimin untuk membangun masjid dan menaranya, bahkan mengdiskriditkan
dan mendzolimi hampir seluruh Muslim di negeri tersebut, khususnya para
Muslimah.
Demikianlah kebencian yang sangat dari
penjajah Perancis terhadap Islam dan kaum Muslimin, khususnya kepada
syariat Islam. Jika kini Perancis menggempur Imarah Islam Azawad, maka
pada hakikatnya itu adalah bentuk nyata dari kebencian Perancis terhadap
syariat Islam yang semakin berkembang di Imarah Islam Azawad dan
kemungkinan besar akan meluas ke seantero Mali, bahkan di negara-negara
tetangganya. Hal inilah yang ditakutkan negara kafir harbi tersebut.
Dalam sebuah peta koalisi pasukan
Salibis internasional bersama negara-negara bonek mereka, di bawah
Perancis untuk menyerang Mali, terlihat negara Inggris, Italy, Belgia,
Jerman, Denmark, dan tentu saja Uni Eropa (UE) ikut membantu Perancis
dengan berbagai macam bantuan, termasuk dana, logistik, pasukan, dan
senjata. Selain itu, Kanada, dan tentu saja AS, sebagai pimpinan perang
salib baru, berada di belakang Perancis. Juga pasukan dari negara-negara
kafir murtad, negara boneka yang ada di Afrika, seperti Senegal,
Burkina, Togo, Nigeria, Benin, dan Niger.
Lebih parah lagi, PBB, yang selama ini
masih dianggap sebagai institusi internasional yang netral (padahal PBB
adalah antek koalisi Yahudi-Salibis)
Ikut mendukung serangan terkutuk militer
Perancis ke Mali melawan Mujahidin dari Imarah Islam Azawad. Sekjen PBB
Ban Ki-moon mengatakan serangan tersebut diharapkan dapat
memulihkan “integritas wilayah dan
ketertiban konstitusi Mali”. DK PBB menggelar pertemuan darurat atas
permintaan tuan-tuan mereka, khususnya Perancis pada Senin (14/1) di New
York setelah serangan tersebut akhir pekan lalu. Setelah pertemuan
Dubes Perancis untuk PBB Gerard Araud mengatakan pemerintahnya mendapat
“dukungan dan pengertian” dari 14 anggota Dewan Keamanan PBB lain. Namun
dia menambahkan bahwa Perancis juga menginginkan segera dikirimnya
pasukan dari aliansi negara Afrika Barat “secepat mungkin”. Pasukan ini
dikirim dengan payung resolusi DK PBB 2085, yang diteken Desember lalu
dan memungkinkan digerakkannya sebuah pasukan beranggotakan
3.000-personil dengan pimpinan negara Afrika untuk turut mengamankan
Mali karena situasi di lokasi yang nyaris hampa hukum dan penguasa sah.
Pasukan asal Afrika diperkirakan sampai di Mali “dalam beberapa hari dan
minggu” ini, kata Araud. Sementara pimpinan pasukan dipegang oleh
Nigeria, yang komandannya sudah berada di lokasi.
Perang Besar Segera Terjadi, Khilafah Untuk Imarah Islam Azawad
Perang
terbuka dengan skala yang lebih besar nampaknya akan segera meletus di
Mali. Marah, kecewa, bercampur rasa malu dan sombong menyulut Perancis
untuk segera mengirimkan 2.500 pasukan darat untuk berhadapan langsung
melawan Mujahidin Imarah Islam Azawad yang dibantu oleh Mujahidin Al
Qaeda (AQIM), Mujahidin Tauhid wal Jihad, dan lainnya.
“Akan ada upaya secara bertahap untuk
meningkatkan jumlah tentara Perancis hingga 2.500 personel,” kata
seorang sumber yang dekat dengan Menteri Pertahanan Perancis, Jean-Yves
Le Drian, Selasa (15/1/2013), seperti dikutip dari The Australian.
Sebelumnya, Presiden Francois Hollande
sempat mengatakan, bahwa saat ini ada 750 tentara Perancis yang sudah
ditempatkan di Mali. Tetapi, Hollande mengakui bahwa angka ini akan
meningkat.
Rencana untuk mengerahkan pasukan
sebesar itu bertentangan dengan saran para menteri pemerintah, bahwa
keterlibatan pasukan darat Perancis akan dibatasi hanya untuk
‘melindungi’ ibu kota Mali, Bamako.
Menurut Le Monde dan media Perancis
lainnya, Perancis juga berencana untuk mendaratkan sebuah kontingen
besar tentara di kota Mopti, di wilayah tengah Mali. Dari titik ini,
tentara Perancis bisa melakukan operasi militer ke wilayah utara negara
itu.
Pasukan kafir Perancis telah melakukan
invasi militer ke wilayah utara Mali atau di kawasan Imarah Islam Azawad
tepatnya sejak akhir pekan lalu. Hal ini dilakukan untuk membendung
eksistensi Mujahidin Imarah Islam Azawad yang berhasil menguasai wilayah
Mali utara dan terus berkembang.
Tidak bisa disangkal lagi, kini mata
seluruh dunia tertuju ke Mali, khususnya kaum Muslimin. Mereka
harap-harap cemas dan terus melantunkan doa untuk kemenangan Mujahidin
Imarah Islam Azawad yang dibantu oleh Mujahidin lainnya bersiap siaga
menahan serangan pasukan kafir Perancis yang dibantu koalisi salibis
internasional ditambah pasukan kafir murtad boneka negara-negara Afrika.
Perang besar berskala besar bisa jadi
akan segera meletus, meningkatkan eskalasi dan tensi politik dan militer
di negeri-negeri bekas jajahan kafir Perancis tersebut. Secara
mengejutkan, Mujahidin bahkan melakukan serangan awal, sebagai langkah
bertahan terbaik.
Sebuah pasukan Mujahidin yang menamakan
dirinya Brigade Khaled Abul Abbas yang dipimpin oleh Abu Mokhtar Bin
Mokhtar, menguasai Perusahaan minyak British Petroleum (BP) milik
Inggris yang beroperasi di Aljazair.
Melalui juru bicaranya, Mujahidin
menyampaikan ke media bahwa mereka berhasil membunuh 2 orang polisi, dan
6 orang lainnya terluka setelah mencoba melawan Mujahidin. Tidak ada
dikabarkan adanya korban dari pihak Mujahidin. Mujahidin yang
berafilisiasi dengan Al-Qaeda ini juga menyampaikan bahwa mereka menahan
41 para pekerja yang kebanyakan adalah warga negara Amerika, Perancis,
Inggris, sisanya adalah beberapa warga negara lainnya seperti Jepang,
Norwegia, dan Irlandia.
Mereka (Mujahidin) juga menyampaikan ke
media, “Kami adalah dari Brigade Abul Abbas, yang dipimpin oleh Mokhtar
Bin Mokhtar” katanya, seraya menyebutkan nama salah satu pemimpin Al
Qaeda di Wilayah Barat Afrika. “Kami dikirim dari Mali dan menyususup ke
Algeria” lanjutnya.
Tentu saja serangan gerak cepat dan
taktis ini membuat syok koalisi salibis internasional dan
memporak-porandakan rencana dan koalisi mereka. Perang besar, jihad
melawan tentara salib nampaknya akan terus berlangsung dan menentukan
masa depan Imarah Islam Azawad pada khususnya, dan kaum Muslimin pada
umumnya.
Mujahidin Imarah Islam Azawad telah siap
untuk berjihad. Bahkan mereka telah membantah klain media barat bahwa
mereka telah dipukul mundur dan keluar dari kota Konna. Saat ini paling
tidak telah bersatu antara Mujahidin Imarah Islam Azawad, yang lebih
dikenal atau sebelumnya bernama Mujahidin Anshoruddin, kemudian
Mujahidin dari Tauhid wal Jihad di Afrika Barat (MUJWA), dan bantuan
dari Mujahidin Al Qaeda Wilayah Islam Maghribi (AQIM).
Dukungan dari gerakan-gerakan dakwah dan
jihad seluruh dunia pun mulai mengalir ke Mali. Syekh Muhammad al
Zawahiri hafidzahullah, adik dari amir Al Qaeda Syekh Ayman al Zawahiri
hafidzahullah, kemarin membantu mengatur protes atau demonstrasi di
depan
kedutaan Barat, yakni di depan kedubes Perancis di Kairo, memprotes invasi atau penjajahan Perancis atas Mali..
Menurut Agence France Presse (AFP), para
pengunjuk rasa mengatakan bahwa Perancis telah “berperang melawan
Islam” karena intervensi di Mali. Hal ini sangat jelas bagi kaum
Muslimin yang masih diberikan oleh Allah bashirah, bahkan Presiden
Perancis menyatakannya sendiri dan dibenarkan oleh firman Allah,
Francois Hollande mengatakan bahwa Perancis tidak memiliki kepentingan
di Mali kecuali untuk “mempertahankan Prinsip”. Dan kita tahu bahwa
prinsip mereka telah tertulis di dalam Al-Qur’an, yakni :
“Orang-orang yahudi dan nasrani itu
tidak akan pernah ridho kepadamu sampai kamu mengikuti millah (ajaran)
mereka” (QS. Al-Baqoroh (2) : 120)
Dari London, dukungan untuk Mali,
khususnya untuk Imarah Islam Azawad datang dari Syekh Anjem Choudary,
dan para pendukungnya. Bersama umat Islam di Inggris, Syekh Anjem
Choudary memimpin sebuah aksi unjuk rasa di depan kedubes Perancis di
London, mengutuk serangan tersebut dan mendukung Mali untuk menegakkan
Khilafah!
Dalam video yang telah dirilis, Syekh
Anjem Choudary menyerukan “Bebaskan Tanah-Tanah Kaum Muslimin.”, dan
meneriakkan, Shariah For Mali, alias Syariat Islam untuk Mali. Beberapa
demonstran (terlihat juga anak-anak) membawa poster bertuliskan Jihad,
dan Khilafah For Mali atau Khilafah Untuk Mali. Selain Syekh Anjem
Choudary, Syekh Abu Izuddin juga terlihat memberikan orasi. Syekh Abu
Izuddin sambil berorasi membawa poster bertuliskan : French Army :
Crusaders! Pasukan militer Perancis, Tentara Salib!
Tentu saja, saat ini yang dibutuhkan
adalah dukungan dari seluruh kaum Muslimin dalam berbagai bentuk dan
sarana untuk kaum Muslimin di Imarah Islam Azawad.
Bantuan
dan dukungan bisa berupa aksi protes atas serangan terkutuk kafir
Perancis di seluruh kedubes Perancis, do’a-do’a yang dilantunkan untuk
kemenangan Mujahidin Imarah Islam Azawad, dan harapan serta doa agar
masa depan Imarah Islam Azawad semakin membaik, penjajah kafir Perancis
dapat diusir dari bumi Islam di seluruh Afrika, dan Khilafah Islam bisa
ditegakkan di Mali dan sekitarnya. Allahu Akbar!
Wallahu’alam bis showab!
M Fachry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar