============================================================================
kaum Muslimin, yakni Kafir Harbi, yakni negara kafir yang selalu memerangi kaum Muslimin, maka status Perancis juga harus diperjelas di hadapan kaum Muslimin.
kaum Muslimin, yakni Kafir Harbi, yakni negara kafir yang selalu memerangi kaum Muslimin, maka status Perancis juga harus diperjelas di hadapan kaum Muslimin.
Sebagaimana AS, Perancis berstatus sama
yakni Kafir Harbi, yakni negara kafir yang selalu memerangi kaum
Muslimin. Setan besar atau pimpinan perang salib baru adalah AS, dan
Perancis (juga Inggris) adalah sekutu terdekat dan merupakan
pionir-pionir perang salib baru.
Dalam buku Fakta-Fakta Sewindu Perang
Salib Baru dijelaskan bagaimana perang dan kiprah negara kafir harbi
Perancis dalam memusnahkan Islam dan kaum Muslimin di negeri Maghribi
Islami (Aljazair) yang menjadi anteknya.
Melalui pemerintahan bonek Aljazair,
Perancis melakukan kristenisasi yang membuat generasi miskin Maghribi
memeluk aqidah trinitas dan mengatakan bahwa Allah adalah Al Masih Ibnul
Maryam. La haula wa laa quwwata illa billah.
Sedari dulu hingga kini, Perancis
memiliki dendam dan permusuhan terhadap Islam dan kaum Muslimin.
Perancis, sebagaimana negara-negara barat kristen tidak rela sedikit pun
akan kemajuan Islam dan kaum Muslimin, terlebih lagi jika mereka mampu
dan berhasil menerapkan syariat Islam secara sempurna. Untuk itu, mereka
atau Perancis selalu membuat kebijakan yang menentang Islam dan kaum
Muslimin, serta syariatNya.
Perancis melarang kaum Muslimin di
negeri tersebut mengenakan cadar atau burqa. Mereka juga melarang kaum
Muslimin untuk membangun masjid dan menaranya, bahkan mengdiskriditkan
dan mendzolimi hampir seluruh Muslim di negeri tersebut, khususnya para
Muslimah.
Memahami Target Prioritas Musuh
Syekh Hazim Al-Madani dalam bukunya
“Hakadza Naral Jihad Wa Nuriduhu” memasukkan Perancis di rangking satu
prioritas musuh-musuh Islam. Di rangking satu musuh-musuh Islam itu
terdapat Yahudi, Nasrani Barat, sebagai pimpinan perang salib baru,
Amerika dan Eropa Barat, baik protestan dan katolik (di sini termasuk
Perancis), Nasrani Timur, termasuk Rusia, dan Arab (ortodoks), Hindu,
kaum paganis lain, dan syi’ah.
Selain itu, Perancis masuk dalam kategori
persekutuan atau koalisi Salibis-Yahudi yang memerangi Islam dan kaum
Muslimin tiada henti, hingga hari ini. Dengan demikian, sebagaimana
penjelasan Syekh Hazim Al-Madani dalam bukunya, maka umat Islam,
khususnya Mujahidin harus memahami dan mengetahui siapa musuhnya, mana
yang didahulukan, termasuk memahami siapa kita, siapa yang bersama kita,
siapa yang kita abaikan sementara, dan bagaimana strategi menghadapi
masing-masing musuh tersebut.
Menurut Syekh Hazim, musuh yang harus
didahulukan adalah koalisi Yahudi-Salibis dunia yang diwakili oleh
Amerika Serikat, Yahudi Palestina, dan luar Palestina, Inggris, dan
negara-negara Kristen Barat. Perancis tentu saja masuk dalam kategori
ini, yakni musuh yang harus didahulukan.
Sementara itu, tentang siapa kita,
menurut beliau kita adalah seluruh elemen gerakan Islam, jama’ah-jama’ah
jihad dan jama’ah dakwah Islam. Mereka merupakan basis lahirnya
Mujahidin yang harus dibela dan dipelihara. Sebabnya jelas, jika
Mujahidin mendapat pukulan dan mengalami kemunduran, mereka yang akan
dijadikan sasaran tembak berikutnya oleh musuh.
Sementara itu, tentang siapa yang bersama
kita, beliau menjelaskan bahwa yang bersama kita adalah semua orang
Islam, dan semua elemen umat Islam yang menerima kita dan bersedia
berjalan seiring dengan kita di bawah panji kita. Mereka adalah basis
strategis untuk gerakan Islam dan dukungan yang tak akan putus setelah
dukungan dari Allah SWT.
Akhirnya, harus difahami bahwa prioritas
target musuh bagi gerakan Islam adalah sistem politik global (koalisi
Yahudi-Salibis), karena keberadaan mereka menjadi pusat rotasi
rezim-rezim sekuler lokal baik Arab maupun non Arab.
Pukulan terhadap koalisi ini,
keruntuhannya atau bahkan sekedar putusnya kendali politiknya
mengakibatkan rontoknya rezim-rezim lain yang ia sokong, dan masyarakat
dunia terbebas dari belenggu hegemoninya. Bila ini terjadi, kita bisa
lanjutkan dengan merombak rezim-rezim lokal, memanfaatkan momentum
hilangnya kekuatan pengayom global tempat mereka bergantung selama ini.
Yakinlah, tatkala kita berhasil mengubur induknya, anak keturunannya
akan ikut terkubur bersamanya. Insya Allah!
Wallahu’alam bis showab!
M Fachry
Tidak ada komentar:
Posting Komentar